watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

Cerita sexs
Pemuas nafsu tante maya

Setelah tamat dari SMU, aku mencoba merantau ke
Jakarta. Aku berasal dari keluarga yang tergolong
miskin. Di kampung orang tuaku bekerja sebagai
buruh tani. Aku anak pertama dan memiliki dua
orang adik perempuan, yang nota bene masih
bersekolah.
Aku ke Jakarta hanya berbekal ijazah SMU. Dalam
perjalanan ke Jakarta, aku selalu terbayang akan
suatu kegagalan. Apa jadinya aku yang anak desa ini
hanya berbekal Ijazah SMU mau mengadu nasib di
kota buas seperti Jakarta. Selain berbekal Ijazah yang
nyaris tiada artinya itu, aku memiliki keterampilan
hanya sebagai supir angkot. Aku bisa menyetir
mobil, karena aku di kampung, setelah pulang
sekolah selalu diajak paman untuk narik angkot. Aku
menjadi keneknya, paman supirnya. Tiga tahun
pengalaman menjadi awak angkot, cukup
membekal aku dengan keterampilan setir mobil.
Paman yang melatih aku menjadi supir yang
handal, baik dan benar dalam menjalankan
kendaraan di jalan raya. Aku selalu memegang
teguh pesan paman, bahwa : mengendarai mobil di
jalan harus dengan sopan santun dan berusaha
sabar dan mengalah. Pesan ini tetap kupegang
teguh.
Di Jakarta aku numpang di rumah sepupu, yang
kebetulan juga bekerja sebagai buruh pabrik di
kawasan Pulo Gadung. Kami menempati rumah
petak sangat kecil dan sangat amat sederhana. Lebih
sederhana dari rumah type RSS ( Rumah Susah
Selonjor). Selain niatku untuk bekerja, aku juga
berniat untuk melanjutkan sekolah ke Perguruan
Tinggi. Dua bulan lamanya aku menganggur di
Jakrta. Lamar sana sini, jawabnya selalu klise, " tidak
ada lowongan ".
Pada suatu malam, yakni malam minggu, ketika aku
sedang melamun, terdengar orang mengucap
salam dari luar. Ku bukakan pintu, ternya pak RT
yang datang. Pak RT minta agar aku sudi menjadi
supir pribadi dari sebuah keluarga kaya. Keluarga itu
adalah pemilik perusahaan dimana pak RT bekerja
sebagai salah seorang staff di cabang perusahaan
itu. Sepontan aku menyetujuinya. Esoknya kami
berangkat kekawasan elite di Jakarta. Ketika
memasuki halaman rumah yang besar seperti istana
itu, hatiku berdebar tak karuan. Setelah kami
dipersilahkan duduk oleh seorang pembantu muda
di ruang tamu yang megah itu, tak lama kemudian
muncul seorang wanita yang tampaknya muda.
Kami memberi hormat pada wanita itu. Wanita itu
tersenyum ramah sekali dan mempersilahkan kami
duduk, karena ketika dia datang, sepontan aku dan
pak RT berdiri memberi salam " selamat pagi". Pak
RT dipersilahkan kembali ke kantor oleh wanita itu,
dan diruangan yang megah itu hanya ada aku dan
dia si wanita itu.
" Benar kamu mau jadi supir pribadiku ? " tanyanya
ramah seraya melontarkan senyum manisnya. " Iya
Nyonya, saya siap menjadi supir nyonya " Jawabku.
" jangan panggil Nyonya, panggil saja saya ini Ibu,
Ibu Maya " Sergahnya halus. Aku mengangguk
setuju. " Kamu masih kuliah ?" " Tidak nyonya
eh...Bu ?!" jawabku. " Saya baru tamat SMU, tapi
saya berpengalaman menjadi supir sudah tiga
ahun" sambungku.
Wanita itu menatapku dalam-dalam. Ditatapnya pula
mataku hingga aku jadi slah tingkah.
Diperhatikannya aku dari atas samapi kebawah. "
kamu masih muda sekali, ganteng, nampaknya
sopan, kenapa mau jadi supir ?" tanyanya. " Saya
butuh uang untuk kuliah Bu " jawabku. " Baik, saya
setuju, kamu jadi supir saya, tapi haru ready setiap
saat. gimana, okey ? " " Saya siap Bu." Jawabku. "
Kamu setiap pagi harus sudah ready di rumah ini
pukul enam, lalu antar saya ke tempat saya Fitness,
setelah itu antar saya ke salon, belanja, atau kemana
saya suka. Kemudian setelah sore, kamu boleh
pulang, gimana siap ? " " Saya siap Bu" Jawabku. "
Oh..ya, siapa namamu ? " Tanyanya sambil
mengulurkan tangannya. Sepontan aku menyambut
dan memegang telapak tangannya, kami
bersalaman. " Saya Leman Bu, panggil saja saya
Leman " Jawabku. " Nama yang bagus ya ? tau
artinya Leman ? " Tanyanya seperti bercanda. "
Tidak Bu " Jawabku. " Leman itu artinya Lelaki
Idaman " jawabnya sambil tersenyum dan menatap
mataku. Aku tersenyum sambil tersipu. lama dia
menatapku. Tak terpikir olehku jika aku bakal
mendapat majikan seramah dan se santai Ibu Maya.
Aku mencoba juga untuk bergurau, kuberanita diri
untuk bertanya pada beliau. " Maaf, Bu. jika nama
Ibu itu Maya, apa artinya Bu ? " " O..ooo, itu, Maya
artinya bayangan, bisa juga berarti khayalan, bisa
juga sesuatu yang tak tampak, tapi ternyata
ada.Seperti halnya cita-citamu yang kamu anggap
mustahil ternyata suatu saat bisa kamu raih,
nah,,,khayalan kamu itu berupa sesuiatu yang
bersifat maya, ngerti khan ? " Jawabnya serius. Aku
hanya meng-angguk-angguk saja sok tahu, sok
mengerti, sok seperti orang pintar.
Jika kuperhatikan, body Ibu Maya seksi sekali,
tubuhnya tidak trlampau tinggi, tapi padat berisi,
langsing, pinggulnya seperti gitar sepanyol. Ynag
lebih, gila, pantatnya bahenol dan buah dadanya
wah...wah...wah...puyeng aku melihatnya.
Dirumah yang sebesar itu, hanya tinggal Ibu Maya,
Suaminya, dan dua putrinya, yakni Mira sebagai
anak kedua, dan Yanti si bungsu yang masih duduk
di kelas III SMP, putriny yang pertama sekolah
mode di Perancis. Pembantunya hanya satu, yakni
Bi Irah, tapi seksinya juga luar biasa, janda pula !
Ibu Maya memberi gaji bulanan sangat besar sekali,
dan jika difikir-fikir, mustahil sekali. Setelah satu tahu
aku bekerja, sudah dua kali dia menaikkan agjiku,
Katanya dia puas atas disiplin kerjaku. Gaji pertama
saja, lebih dari cukup untuk membayar uang
kuliahku. Aku mengambil kuliah di petang hari
hingga malam hari disebuah Universitas Swasta.
Untuk satu bulan gaji saja, aku bisa untuk
membayar biaya kuliah empat semster, edan
tenan....sekaligus enak...tenan....!!! dasar rezeki, tak
akan kemana larinya.
Masuk tahun kedua aku bekerja, keakraban dengan
Ibu Maya semakin terasa. Setelah pulang Fitness, dia
minta jalan-jalan dulu. Yang konyol, dia selalu duduk
di depan, disebelahku, hingga terkadang aku jadi
kagok menyetir, eh...lama lama biasa.
Disuatu hari sepulang dari tempat Fitnes, Ibu Maya
minta diatar keluar kota. Seperti biasa dia pindah
duduk ke depan. Dia tak risih duduk disebelah supir
pribadinya. Ketika tengah berjalan kendaraan kami di
jalan tol jagorawi, tiba-tiba Ibu maya menyusuh
nemepi sebentar. Aku menepi, dan mesin mobil
BMW itu kumatikan. Jantungku berdebar, jangan-
jangan ada kesalahan yang aku perbuat.
" Man,?, kamu sudah punya pacar ? " Tanyanya. "
Belum Bu " Jawabku singkat. " Sama sekali belum
pernah pacaran ?" " Belum BU, eh...kalau pacar cinta
monyet sih pernah Bu, dulu di kampung sewaktu
SMP" " Berapa kali kamu pacaran Man ? sering atau
cuma iseng ?" tanyanya lagi. Aku terdiam sejenak,
kubuang jauh-jauh pandanganku kedepan.
Tanganku masih memegang setir mobil. Kutarik
nafas dalam-dalam. " Saya belum pernah pacaran
serius Bu, cuma sebatas cintanya anak yang sedang
pancaroba" Jawabku menyusul. "
Bagus...bagus...kalau begitu, kamu anak yang baik
dan jujur " ujarnya puas sambil menepuk nepuk
bahuku. Aku sempat bingung, kenapa Bu Maya
pertanyaannya rada aneh ? terlalu pribadi lagi ?
apakah aku mau dijodohkan dengan salah seorang
putrinya ? ach....enggak mungkin rasanya, mustahil,
mana mungkin dia mau punya menantu anak
kampung seprti aku ini ?!
Setelah itu kami melanjutkan perjalanan kepuncak,
bahkan sampai jalan-jalan sekedar putar-putar saja
di kota Sukabumi. Aku heran bin heran, Bu Maya
kok jalan-jalan hanya putar-putar kota saja di
Sukabumi, dan yang lebih heran lagi, Bu Maya
hanya memakai pakaian Fitness berupa celana
training dan kaos olah raga. Setelah sempat makan
di rumah makan kecil di puncak, hari sudah mulai
gelap dan kami kembali meneruskan perjalanan ke
Jakarta. Ditengah perjalanan di jalan yang gelap
gulita, Bu Maya minta untu berbelok ke suatu
tempat. Aku menurut saja apa perintahnya. Aku tak
kenal daerah itu, yang kutahu hanya berupa
perkebunan luas dan sepi serta gelap gulita.
Ditengah kebun itu bu Maya minta kaku berhenti dan
mematikan mesin mobil. Aku masih tak mengerti
akan tingkah Bu Maya. Tiba-tiba saja tangan Bu
Maya menarik lengaku. " Coba rebahkan kepalamu
di pangkuanku Man ?" Pintanya, aku menurut saja,
karena masih belum mengerti. Astaga....setelah aku
merebahkan kepalaku di pangkuan Bu Maya dengan
keadaan kepala menghadap keatas, kaki menjulur
keluar pintu, Bu Maya menarik kaosnya ketas.
Wow...samar-samar kulihat buah dadanya yang
besar dan montok. Buah dada itu didekatkan ke
wajahku. Lalu dia berkata " Cium Man
Cium...isaplah, mainkan sayang ...?" Pintanya. Baru
aku mengerti, Bu Maya mengajak aku ketempat ini
sekedar melampiaskan nafsunya. Sebagai laki-laki
normal, karuan saja aku bereaksi, kejantananku
hidup dan bergairah. Siapa nolak diajak kencan
dengan wanita cantik dna seksi seperti Bu Maya.
Kupegangi tetek Bu Maya yang montok itu, kujilati
putingnya dan kuisap-isap. Tampak nafas Bu Maya
ter engah-engah tak karuan, menandakan nafsu
biarahinya sedang naik. Aku masih mengisap dan
menjilati teteknya. Lalu bu Maya minta agar aku
bangun sebentar. Dia melorotkan celana trainingnya
hingga kebawah kaki. Bagian bawah tubuh Bu Maya
tampak bugil. Samar-samar oleh sinar bulan di
kegelapan itu. " Jilat Man jilatlah, aku nafsu sekali, jilat
sayang " Pinta Bu Maya agar aku menjilati
memeknya. Oh....memek itu besar sekali,
menjendol seperti kura-kura. tampaknya dia sedang
birahi sekali, seperti puting teteknya yang ereksi. Aku
menurut saja, seperti sudah terhipnotis. Memek Bu
Maya wangi sekali, mungkin sewaktu di restauran
tadi dia membersihkan kelaminnya dan memberi
wewangian. Sebab dia sempat ke toilet untuk waktu
yang lumayang lama. Mungkin disana dia
membersihkan diri. Dia tadi ke tolilet membawa
serta tas pribadinya. Dan disana pula dia
mengadakan persiapan untuk menggempur aku.
Kujilati liang kemaluan itu, tapi Bu Maya tak puas.
Disuruhnya aku keluar mobil dan disusul olehnya.
Bu Maya membuka bagasi mobil dan mengambil
kain semacam karpet kecil lalu dibentangkan diatas
rerumputan. Dia merebahkan tubuhnya diatas kain
itu dan merentangnya kakinya. " Ayo Man, lakukan,
hanya ada kita berdua disini, jangan sia-siakan
kesempatan ini Man, aku sayang kamu Man "
katanya setengah berbisik, Aku tak menjawab, aku
hanya melakukan perintahnya, dan sedikit bicara
banyak kerja. Ku buka semua pakaianku, lalu ku
tindih tubuh Bu Maya. Dipeluknya aku, dirogohnya
alat kelaminku dan dimasukkan kedalam
memeknya. Kami bersetubuh ditengah kebun gelap
itu dalam suasana malam yang remang-remang
oleh sinar gemintang di langit. Aku menggenjot
memek Bu Maya sekuat mungkin. " jangan keluar
dulua ya ? saya belum puas " Pintanya mesra. Aku
diam saja, aku masih melakukan adegan mengocok
dengan gerakan penis keluar masuk lubang memek
Bu Maya. Nikmat sekali memek ini, pikirku. Bu Maya
pindah posisi , dia diatas, dan bukan main
permainannya, goyangnyanya.
" Remas tetekku Man, remaslah....yang kencang
ya ?" Pintanya. Aku meremasnya. " Cium bibirku
Man..cium ? Aku mencium bibir indah itu dan kuisap
lidahnya dalam-dalam, nikmat sekali, sesekali dia
mengerang kenikmatan. " Sekarang isap tetekku,
teruskan...terus.....Oh....Ohhhh.....Man...Leman.. .Ohhh...aku
keluar Man....aku kalah" Dia mencubiti pinggulku,
sesekali tawanya genit. " kamu curang....aku kalah"
ujarnya. " Sekarang gilirang kamu Man....keluarkan
sebanyak mungkin ya? " pintanya. " Saya sudah
keluar dari tadi Bu, tapi saya tetap bertahan, takut
Ibu marah nanti " Jawabku. " Oh Ya?...gila..kuat
amat kamu ?!" balas Bu Maya sambul mencubit
pipiku.
" Kenapa Ibu suka main di tempat begini gelap ?" "
Aku suka alam terbuka, di alam terbuka aku
bergairah sekali. Kita akan lebih sering mencari
tempat seperti alam terbuka. Minggu depan kita naik
kapal pesiarku, kita main diatas kapal pesiar di
tengah ombak bergulung. Atau kita main di pinggir
sungai yang sepi, ah... terserah kemana kamu mau
ya Man ?"
Selesai main, setelah kami membersihkan alat vital
hanya dengan kertas tisue dan air yang kami ambil
dari jiregen di bagasi mobil, kami istirahat. Bu Maya
yang sekarang tidur di pangkuanku. Kami ngobrol
panjang lebar, ngalor ngidul. Setelah sekian lama
istirahat, kontolku berdiri lagi, dan dirasakan oleh
kepala Bu maya yang menyentuh batang
kejantananku. Tak banyak komentar celanaku
dibukanya, dan aku dalam sekejap sudah bugil.
Disuruhnya aku tidur dengan kaki merentang, lalu
Bu Maya membuka celana trainingnya yang tanpa
celana dalam itu. Bu Maya mengocok-ngocok
penisku, diurutnya seperti gerakan tukang pjit
mengurut tubuh pasiennya. Gerakan tangan Bu
Maya mengurut naik-turun. Karuan saja penisku
semakin membesar dan membesar. Diisapnya
penisku yang sudah ereksi besar sekali,
dimainkannya lidah Bu Maya di ujung penisku.
Setelah itu, Bu Maya menempelkan buah dadanya
yang besar itu di penisku. Dijepitkannya penisku
kedalam tetek besar itu, lalu di goyang-goyang
seperti gerakan mengocok. " Giaman Man ? enah
anggak ? " " Enak Bu, awas lho nanti muncrat Bu"
jawabku.. " Enggak apa, ayo keluarkan, nanti kujilati
pejuhmu, aku mau kok ?!" . Bu Maya masih giat
bekerja giat, dia berusaha untuk memuaskan aku.
Tak lama kemudian, Bu Maya naik keposisi atas dan
seperti menduduki penisku, tapi lobang memeknya
dimasuki penisku. Digoyang terus...hingga aku
merasakan nikat yang luar biasa. Tiba -tiba Bu Maya
terdiam, berhenti bekerja, lalu berjata :" Rasakan ya
Man ? pasti kamu bakal ketagihan " Aku membisu
saja. dan ternya Ohh....memek Bu Maya bisa
melakukan gerakan empot-empot, menyedot-
nyedot dan meng-urut-urut batang kontolku dari
bagian kepala hingga ke bagian batang bawah,
Oh....nikmat sekali, ini yang namanya empot ayam,
luar biasa kepiawaian Bu Maya dalam bidang oleh
seksual. " Enak syang ?" tanyanya. Belum sempat
aku menjawab, yah....aku keluar, air maniku
berhamburan tumpah ditenga liang kemaluan Bu
Maya.
" Itu yang namanya empot-empot Man, itulah
gunanya senam sex, berarti aku sukses l;atihan
senam sex selama ini " Katanya bangga. " Sekarang
kamu puasin aku ya ? " Kata Bu Maya seraya
mengambil posisi . Ku tancapkan lagi kontolku yang
masih ereksi kedalam memek bu Maya, Ku genjot
terus. " Yang dalam man...yang dalam ya..teruskan
sayang...? oh....enak sekali penismu.....oh....terus
sayang ?!" Pinta Bu Maya. Aku masih memuaskan
Bu Maya, aku tak mau kalah, kujilati pula lubang
memeknya, duburnya dan seluruh tubuhnya.
Ternyata Bu Maya orgasme setelah aku menjlati
seluruh tubuhnya. " kamu pintar sekali Man ? belajar
dimana ? " " Tidak bu, refleks saja" Jawabku.
Sebelum kami meninggalkan tempat itu, Bu Maya
masih sempat minta satu adegan lagi. Tapi kali ini
hanya sedikit melorotkan celana trainingnya saja.
demikian pula aku, hanya membuka bagian penis
saja. Bu Maya minta aku melakukanya di dalam
mobil, tapi ruangannya sempit sekali. Dengan susah
payang kami melakukannya dan akhirnya toh juga
mengambil posisinya berdiri dengan tubuh Bu Maya
disandarkan di mobil sambil meng-angkat sedikit
kaki kanannya.
Sejak saat malam pertama kami itu, aku dan Bu
Maya sering bepergian keluar kota, ke pulau seribu,
ke pinggir pantai, ke semak-semak di sebuah desa
terpencil, yah pokoknya dia cari tempat-tempat
yang aneh-aneh. Tak kusadari kalau aku sebenarnya
menjadi gigolonya Bu Maya. Dan beliaupun semakin
sayang padaku, uang mengalir terus ke kocekku,
tanpa pernah aku meminta bayaran. Dia
menyanggupi untuk membiayai kuliah hingga
tamat, asal aku tetap selalu besama Bu Maya yang
cantik itu.


Adult | GO HOME | Exit
1/3135
U-ON

inc Powered by Xtgem.com